Di Indonesia segala yang berbeda pasti dibesar-besarkan, seolah perbedaan itu sebuah masalah besar. Saya tumbuh dengan pendapat seperti itu, lingkungan membentuk stigma perbedaan yang makin meruncing soal asmara, jodoh pun demikian.
Pernikahan beda suku merupakan hal yang biasa pada modern ini. Namun tetap saja, di setiap pernikahan akan mempunyai tantangannya masing-masing.
Menikah dengan beda suku bukan suatu tantangan yang sulit dijalani. Hanya saja terkadang ada beberapa tantangan yang harus dijalani sepasang suami istri.
Mereka harus sama-sama mempelajari budaya masing-masing. Mulai dari komunikasi, etika, selera makan, adat istiadat sampai kebiasan sehari-hari.
Dasar perbedaan paling kuat dalam perkawinan beda suku adalah perbedaan karakter. Ada stereotip-stereotip tertentu terhadap karakter sebuah suku dan itulah hal pertama yang akan ditemui.
Perbedaan di antara saya dan suami membuat kami saling mengisi. Hal-hal demikianlah yang dapat nikmati. Perbedaan karakter tak juga berarti harus disamakan. Perbedaan justru memperkaya kehidupan, yang penting masing-masing bisa menjadi diri sendiri.
Intinya adalah perbedaan dirayakan dan disikapi positifnya, jangan hanya dilihat titik jeleknya saja. Nikmati saja sikap positifnya sementara hal-hal negatifnya diminimalkan jika perlu ditiadakan untuk menghindari konflik yang kemungkinan terjadi.
Tapi dalam hal pernikahan terkadang memang harus ada yang mengalah, utamanya masalah ego dan perdebatan apalagi yang ada hubungannya dengan keluarga besar.
Menikah dengan berbeda suku itu ada lucunya, ada serunya, ada juga intriknya. Namun buat saya perkawinan beda suku merupakan cakrawala baru, memahami kultur yang berbeda-beda.
Pada akhirnya jodoh di tangan Tuhan dan Tuhan pun pasti tidak memilih-milih suku.