Minggu, 10 September 2017

Sarjana ohh Sarjana,,,,

Beberapa hari belakangan ini ada beberapa hal yang bikin otak muter muter tidak karuan
Alhamdulillah sekarang saya sudah jadi Sarjana sekarang saya sebentar lagi akan diyudisium. Begitulah ungkapan dari beberapa teman teman yang sudah semester akhir.

Kembali kepermasalahan sebenarnya, setelah jadi sarjana planningnya apa? Banyak yang menjawab terbata bata, ada yang menjawab tidak tahu, langsung nikah saja dan adapula yang menjawab dengan lelucon, yah setelah sarjana otomatis jadi sarjanalah ๐Ÿ˜€๐Ÿ˜€

Saya pribadi paham betul apa yang dirasakan oleh teman teman seangkatan, dulu waktu masih kuliah kalau ketemu dengan teman atau keluarga pas ditanya sekarang kesibukannya apa? Yahh pasti jawabnya kuliah, nah sekarang pas jadi sarjana kalau ditanya kesibukannya sekarang apa? Masa iya harus jawabnya sarjana๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡.

Tapi,, beberapa diskusi dari teman teman  masalah yang sebenanrnya membuat dilema itu. Apa yang menjadi ketakutan sarjana muda? Khususnya yang berasal dari desa jauh dan terpencil, tapi masyarakatnya lebih mengutamakan gengsi dan tidak mau tahu.
Kembali ke masyarakat tentunya berbagai macam pertanyaan pertanyaan sering dilontarkan khususnya bagi perempuan yang terkadang hukumannya lebih kejam daripada sanksi pidana, pertanyaan horor dan mematikan.

Yapp kapan NIKAH??๐Ÿ˜ฑ๐Ÿ˜ฑ
Menikah merupakan impian setiap orang, apabila sudah menemukan pasangan yang cocok bahkan di saat usia masih sangat muda pun, pilihan untuk menikah tidak menjadi permasalahan. Selain untuk memenuhi syariat agama, menikah muda pun dianggap sebagai salah satu cara untuk menghindari perbuatan dosa. Ini pemikiran dari beberapa pandangan positif teman teman diskusi.

Memang sih, secara umum, saat ini sedang trend menikah ‘cepat’. Terutama kalau para sahabat dekat juga sudah mulai bertunangan dan bahkan ada yang sudah punya anak. Alhasil, keinginan menikah menjadi semakin menggebu-gebu.
Adapula yang berbeda pandangan cepat atau lambat perempuan juga ujung ujungnya pasti nikah dan ujung ujungnya ke dapur juga, menarik diri saya untuk sedikit mengulas stigma yang sudah mengakar di masyarakat tentang perempuan “ngapain perempuan sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya ke dapur juga.” Lucu juga kadang mendengar hal atau stigma semacam ini.

Ketakutan yang dialami oleh perempuan ini lagi lagi dari hasil diskusi saya dengan teman teman seangkatan๐Ÿ™ kembali ke kampung, mau kerja apa di kampung. Tapi well ๐Ÿ˜Bukankah tri dharma perguruan tinggi itu salah satunya mengabdi ke masyarakat?
Mau merantau tapi takut sebagai kaum perempuan terlalu banyak ketakutan yang harus dipikirkan, Setelah jadi sarjana tentunya juga semakin banyak yang mengincar dari berbagai survey ini hanya diskusi dari teman teman yang sudah semester akhir dan yang setelah yudisium mereka matimatian harus melamar kerja kesana kesini karena takut pulang ke kampung karena apa?? Takut dinikahkan, ditambah lagi lapangan kerja yang sempit dan kurangnya pengalaman serta keterampilan yang dimiliki, tentunya banyak yang akan menyerah dan berpasrah, ada yang merasa tidak enak kalau hanya tinggal dirumah berdiam diri  ditambah lagi harus meminta uang jajan kepada orang tua๐Ÿ˜๐Ÿ˜ yang menjadi ketakutan sebenarnya bagi perempuan itu bukan karena takut cepat cepat nikah tapi takut dilamar oleh laki-laki yang tidak dicintainya alias bukan pujaan hatinya, perempuan akan merasa sangat dilema antara menerima atau menolak. Mereka akan berfikir dan bertanya serta meminta petunjuk oleh yang maha kuasa, kegelisahan yang dialami itu ketika menerima lamaran akan ada hati seorang pujaan yang tersakiti dan perempuan akan merasa sangat takut akan terkena karma, pendapat yang lain ada bagusnya juga menikah cepat ada yang memberi uang jajan dan jika laki-lakinya yang datang melamar sudah mapan why not? Tapi kemudian jikalau menolak terlalu banyak cibiran dari masyarakat mau sampai kapan harus menolak terus, konon katanya di kampung  jika perempuan sudah dilamar 2-3 kali lantas masih menolak maka ia akan menjadi perawan tua, yaaeelahh ini adalah persepsi tapi bersifat nyata. Haii laki-laki ketahuilah bahwa perempuan itu bukan karena mereka tidak sanggup untuk menunggumu datang melamar tapi kamu yang tidak memberi kepastian kepada mereka, mau sampai kapan harus diPHPin, banyak juga yang terjadi pacarannya bertahun tahun eehhh si laki-laki malah nikahnya sama yang lain, itulah yang menjadikan mereka takut dan sangat dilema.

Sejatinya menikah adalah menyempurnakan ibadah, jadi kenapa harus menunda jika sudah sah akan terasa lebih indah?

Siapa yang tidak ingin menikah? Apalagi ketika merasa sudah cocok dengan pacar yang telah menemani  selama beberapa tahun terakhir. Meski masih menyandang status mahasiswa, keinginan untuk membina hubungan yang lebih serius dengan sudah mulai bersemi di hati. Kalau bisa sih, begitu mengantongi gelar sarjana, target selanjutnya adalah menikah.

Nb. Banyak dari teman teman penulis curhat pacaran bertahun tahun tapi nikahnya bukan dengan pujaan hati, apalah hendak dikata "pakkodong temmaddapi" laki-laki dan perempuan sama sama berpasrah dengan keadaan, yang satu tidak memberi kejelasan dan yang satu sudah tidak bisa menunggu karena terlalu banyak problema dan dinamika hidup yang harus didengarnya๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡.

Tulisan ini adalah kejadian yang benar benar terjadi dimasyarakat kita sekarang, apabila ada yang mempunyai pengalaman yang sama saya memohon maaf๐Ÿ™

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts