Rindu ini datang dan datang lagi tapi kusadari pertemuan belum bisa terwujud, ini adalah soal waktu. Rasa Rindu itu manusiawi, Jadi wajar saja jika tiba tiba rindu itu datang menghampiriku, datang dan datang lagi, jadi wajar saja jika diriku akan menjadi lemah ketika rasa rindu hadir menyergap hatiku. Bisa saja logika ku menolaknya, tapi di titik ini aku pun akan paham bahwa otak dan hati tak lagi bisa disinkronisasi. Rindu juga seringnya tak dapat ditebak kapan datangnya. Rasa ini begitu menyiksa, terpisah jarak ratusan atau bahkan ribuan kilometer membuatku tak bisa langsung menatap wajahnya. Mengungkapkan rindu pun nyatanya tak pernah sederhana, kadang mengungkapkan rindu malah membuat rasa ini tak kunjung reda. Namun aku memilih untuk tetap mengungkapkannya demi mendapat balsan kata rindu darinya, Apapun asal rindu ini tidak mengendap di dada, yang hingga tiba-tiba meledak seketika, membuatku terkadang menangis dalam keheningan malam, yang membuatku terpenjara oleh rasanya hingga kubawa kedalam mimpiku. Walau tak bisa menyentuh dan menatap langsung matanya, aku cukup lega ketika dapat memastikan kalau dirinya disana baik-baik saja. Perkara rindu tak serta merta selesai hanya dengan mendengar suaranya dari via telepon, yang aku inginkan hanya bertemu dengan segera tapi kusadari bahwa waktu itu belum juga terwujud.
Aku tak tahu apa yang mesti kulakukan terhadap rindu yang begitu membelenggu, menghilangkan bisikan rindu ini dengan cara ini sedikit bisa mengobati, dengan mengembalikan rinduku pada Tuhan, hatiku yang tengah disiksa rindu bisa terobati. Biarlah semesta yang menyampaikan.
Karena tak pernah ada rindu yang sederhana. Bahkan, sebuah pertemuan pun tak menjamin bahwa rindu akan benar-benar tertuntaskan. Bilakah kerinduan ini akan terurai dari simpulannya? Penantian dan harapan selalu kusandarkan.