Gara gara Kamu dan Menwa Aku jatuh cinta
Awal dari sebuah rasa manis akan tetap manis jika
kita pintar mengolah rasa manis itu agar tetap manis. Tunggulah sampai manis
itu akan datang dan setialah selalu bukankah menunggu itu bersabar untuk setia? Menunggu itu sangat erat dengan
kesetiaan dan masa-masa menunggu adalah ujian kesetiaan bersabarlah untuk tetap
menjadi setia, karena tergesa-gesa membuat prosesnya tak terasa nikmat. Ini yang
saya katakan menunggu dengan sabar dan tetap setia itu sulit. Tapi benarkah
sebegitu sulit? Bukankah kita sudah bertahan dan bersabar sejauh ini? bukannya
selalu ada Sang Maha Pengasih yang selalu mendengarkan cerita, keluh dan curhat
kita? bukankah saat lelah diri, memandang wajah orangtua lelahnya tak terasa
lagi? bukankah
Tuhan itu Maha Menepati Janji? Bukannya kita diciptakan berpasang-pasangan? bukannya
proses yang baik hasilnya akan baik juga? bukannya selalu percaya kalau semua
akan indah pada waktunya karena manisnya hidup kita yang tentukan.
Semangat bersabar untuk setia. Karena
tergesa-gesa membuat prosesnya tak nikmat Kita memang terlalu banyak menuntut
dan terlalu banyak lupa. Banyak menuntut akan keinginan yang kita sukai bukan
yang Allah SWT sukai. Dan banyak lupa, bahwa doa-doa kita lebih banyak
dikabulkannya daripada yang tidak. Bukankah begitu? Kita tidak perlu menunggu segala sesuatunya
sempurna untuk memulai sesuatu. Yang kita perlukan adalah sebuah tindakan,
tindakan untuk memulai, Kehidupan itu seimbang, ada kesulitan pasti ada
kemudahan. Dan hidup adalah proses menunggu. Menunggu mati, menunggu hasil dari
sebuah usaha, menunggu perjalanan doa, dan menunggu pasangan hidup serta
keturunan.
Manisnya cinta dari sebuah perjalanan cinta memang berbeda-beda tergantung
siapa yang menjalaninya dan siapa yang akan selalu berkorban dan bertahan untuk
cinta. Terkadang muncul dibenak saya cinta itu hanya pembodohan, menguras hati,
makan hati, sakit hati, menghabiskan waktu, energi, dan mengorbankan perasaan.
Aku mengatakan demikian karena dulu kupernah merasakan jatuh cinta hanya manis
diawal sehingga kutakut jatuh cinta lagi. Aku pernah setia tapi dihianati, aku
pernah menunggu tapi sia-sia, sehingga dibenakku akan cinta itu buruk, buruk daripada yang buruk. Aku pernah
berjanji pada diriku sendiri aku tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi tak ada satu orangpun yang bisa lari dari
kenyataan cinta. Cinta adalah kodrat
dari sang Ilahi yang dijatuhkan kepada setiap insan. Tapi saat kubertemu
dengannya dan mengenalnya sosoknya yang berbeda dengan pria lain memnuatku
kagum terpanah dan melupakan cinta yang dahulu menyakitiku dan aku percaya
dialah pria terbaik yang pernah aku kenal.
Kuawali perjumpaan dan perkenalanku dengannya. Sebut saja namaku Irma
teman-teman kampus sering memanggilku iron women karena sosokku dan
kepribadianku yang sedikit tomboy, keras kepala, susah diatur dan bersuara
besar serta sangat menyukai hal yang penuh dengan tantangan. Aku memilih satu
organisasi di Kampus yang berlatar belakang penuh dengan kekerasan,
latihannyapun sedikit berbau semi militer, disini aku dilati, dibina dan
dididik untuk memnentuk kesiapan mental dan sedikit membentuk pribadi dan
watakku yang keras kepala aku sangat suka organisasi ini karena memang jiwaku
ada pada organisasi ini yakni Menwa Resimen Mahasiswa yang sebagian besar orang
menyebutnya tentara kampus.
Tidak ada seorang perempuanpun dikelasku yang tertarik di organisasi yang
aku geluti ini, mereka takut akan kekerasan. Resimen mahasiswa ialah organisasi
yang terkenal di Indonesia dan hampir semua perguruan tinggi yang ada di
Indonesia memiliki organisasi ini.
Pada tanggal 28 maret 2014 salah satu satuan yakni satuan 701 mengadakan
lomba Lintas Medan dan Wisata Prasejarah yang diadakan di Bantimurung,
Leang-leang dan sekitarnya untuk seluruh satuan yang ada di Indonesia seluruh
Menwa hadir dan satuankupun di undang. Tapi Aku tidak diizinkan oleh atasan
untuk ikut karena resikonya terlalu besar, tapi entah apalah yang membuatku
bersih keras dan ngelotot untuk ikut, meskipun orang-orang disatuan terus
melarang dan sempat terjadi perang mulut dan akhirnya mereka membiarkanku untuk
berangkat dengan syarat resiko tanggung sendiri.
Selesai sholat magrib aku
dan timku berangkat dengan mengendarai sepeda motor meski dalam perjalananku yang
melalui bebrapa tantangan seperti hujan deras yang mengguyur perjalananku
sampai ketempat tujuan dan dijalanpun hampir kena tilang oleh polisi lalu
lintas sebab motor yang aku kendarai tidak memiliki satupu surat-surat yang
lengkap beruntunglah polisinya hanya memberikan siraman kalbu dan sempat
terlintas dibenakku polisi jga takut dengan teman-teamnku sebab melihat pakaian
yang kami gunakan. Di dalam perjalanan badanku lemas, rasa lapar yang terus
menghantui, sampai kedinginan yang menembus tulangku gara-gara hujan deras
disepanjang jalan. Pakaian yang aku gunakan hanya kering dibadan tetapi kunikmati
dengan sepenuh hati karena itu sudah menjadi keputusanku dan tetap semangat.
Begitupun sebaliknya
pernah dia menceritakan perjalanannya kepadaku menuju lokasi perlombaan awalnya
dia tidak ingin ikut karena hujan yang terus menerus, rasa malas yang menghantuinya,
melelahkan, korban waktu dan kuliah tapi dipaksa oleh temannya dan dihati
kecilnya juga terselip kemauan untuk berangkat, muncul keinginan untuk menambah
wawasan serta pengalaman dan ada sesuatu
yang terus memanggil dan berbisik ditelinganya diapun berangkat meski dengan
guyuran hujan yang deras dan hawa dingin tidak menghentikan langkahnya untuk
sampai disana karean dia yakin ada sesuatu yang ada disana.
Ringkas cerita sore
harinya datanglah anggota satuannya dan dia sendiri, satuanku dan satuannya
sangat akrab bahkan sebagian dari mereka sudah aku kenal sewaktu datang
disatuanku. Salah satu anggotanya datang menghampiri dan bertanya sedikit malu
kepadaku untuk menumpang mandi karena wc di penginapannya airnya mati akupun
mengizinkannya untuk mandi di dalam. Aku melihat dia berbisik kepada temannya
dia menanyakan siapa itu bisakah aku kenal dan akrab dengannya. Dia berbalik
tersenyum dan tersipu malu kepadaku akupun membalas senyumannya dan tidak tahu
arti dari senyuman yang dia lontarkan kepadaku.
Keesokan harinya ada salah
satu dari teman satuanku ingin mandi tapi wc dipenginapanku full akupun
membawanya kepenginapan sebelah yaitu tempat penginapannya. Dengan pelan
kuketuk pintu lalu dibukakanlah pintu olehnya betapa kagetnya diriku dengan
wajah malu yang terpancar dia mempersilahkanku dan temanku masuk. Aku meminta
izin untuk numpang mandi dan dizinkan. Seperti yang tadi aku katakan satuanku
dan satuannya sangat akrab hampir sebagian dari mereka sudah aku kenal
begitupun sebaliknya. Hanya dia yang belum pernah kutemui sebelumnya karena
baru kali ini dia mengikuti lomba. Aku diperkenalkan oleh teman-temannya dan
atasannya namanya adalah Imran dia adalah seorang pelaut sosoknya yang pemalu,
sopan dan tidak midah berbaur dan beradaptasi dengan orang yang baru
dikenalnya.
Setelah beberapa lama
menunggu temanku yang sedang mandi dan aku merasa tidak enak disana karena
perasaan malu yang selalu mengusikku aku keluar dan kembali kepenginapan karena
jaraknya hanya bersebelahan dan dengan mudahnya ku kembali di sana. Ku duduk
termenung di depan penginapan menghirup sejuknya udara pagi yang begitu segar
jauh dari polusi kendaraan memandangi gunung yangmasih ditutupi oleh kabut pagi
yang dingin membayangkan betapa dahsyat anugerah Tuhan telah menciptakan bumi
dan isinya untuk manusia nikmati. Kududuk sendiri dan diam-diam Imran
memandangi gerak gerikku dengan mencuri-curi pandang seolah-olah tidak
menampakkan sikapnya kepadaku aku merasa risih. Dan aku kembali kepenginapannya
untuk mengecek temanku apakah disana temanku itu telah selesai mandi.
Tiba disana aku berdiri di
depan Imran yang hanya ditemani dengan beberapa batang rokok terus menghisap
cepat dan semakin cepat membuktikan dirinya sedang salah tingkah aku
menertawainya di dalam hati, aku mulai menegur dan menyapanya diapun membalas
dengan penuh rasa malu tiba-tiba seekor sapi yang tidak diketahui pemiliknya
yang disekap di samping kamar membuang kotorannya bagiku sangat menjijikkan.
Imran tertawa lepas dan terbahak-bahak Imranpun berkata bubur kacang ijo ebak
pagi-pagi begini apalagi masih hangat-hangatnya. Aku mulai illfeel dengan
perkataannya yang menggelitik perutku rasanya ingin muntah, tapi melihatnya
tertawa dan wajahnya yang lucu akupun ikut tertawa dan melupakan rasa jijik
itu.
Temanku selesai mandi dan
heran melihat aku dan Imran yang tertawa orang-orang yang ada di dalampun
keluar melihat apa yang terjadi mereka hanya heran. Atasannya mengajak aku dan
anggota satuan untuk jalan-jalan mengelilingi tempat tersebut yakni Bantimurung
salah satu tempat wisata yang ada di Sulawesi Selatan dan terkenal dengan ciri
khasnya karena lombanya sudah seslsai jadi perseta dibebaskan untuk menikmati
wisata Bantimurung. Pemandangan Bantimurung yang begitu indah, udaranya sejuk
orang-orang yang aku temani jalanpun sangat mendukung dengan suasana tempat dan
hati.kami sangat menikmati perjalanan aku yang dari jurusan kewartawanan hanya
bisa berfoto sesekali karena aku yang
diperintahkan oleh atasan untuk mengambil gambar.
Hari mulai siang dan merupakan hari
terakhir di Bantimurung itu tandanya kami harus kembali ke satuan kami
masing-masing tapi tiba-tiba Imran berkata kepadaku dengan suara yang lembut,
kecil bahkan beberapa kali aku meminta untuk mengulangi apa yang Imran katakan
ternyata dia meminta nomer hpku akupun memberikannya dan sedikit basa-basi aku
berkata sampai jumpa lagi dilain waktu. Kami berpamitan saling berjabat tangan
temannya mulai mengejekku dan berkata ada cinta di Bantimurung.
Setelah beberapa hari sepulangnya
dari lomba tersebut Imran menghubungiku, perlahan demi perlahan mulai
memperhatikanku, mulai mempertanyakan hal-hal pribadiku aku merasa sungkan,
agak risih dan ada kecemasan karena masih belum terlalu akrab sampai suatu
malam Imran mengungkapkan perasaannya kepadaku. Akupun kaget dan tidak langsung
meresponnya aku hanya berkata kepadanya menjadi teman lebih abadi dan lebih
terhormat lebih baik saling mengenal satu sama lain jangan terburu-buru karena
prosesnya tidak nikmat tunggulah sampai cinta itu mengalir dan manis. Imran
menerima pernyataanku dan menghargai keputusanku, aku mulai kagum kepadanya
karena dia tidak memaksa sedikitpun. Berkali-kali Imran melontarkan perasaannya
kepadaku karena baginya lebih cepat lebih baik dan takut ada yang mendahului
dirinya tapi aku terus menolak karena yang ada dipikiranku aku hanya menjalani
sebuah hubungan jarak jauh dan hanya lewat komunikasi hp, nelponan, chatting
dan bbman dipikiranku juga terlintas laki-laki itu semua sama hidung belang,
bikin sakit hati dan aku takut pacaran dengan pelaut. Kata teman-temanku
pacaran dengan pelaut itu makan hati, selalu ditinggal pergi, sabar menunggu
dan mempunyai banyak pacar bahkan istri simpanan. Aku tidak pernha mempunyai
impian dan cita-cita memiliki teman dekat dengan seorang pelaut, meskipun
sebagian besar keluargaku pelaut.
Sampai akhirnya dia menyatakan dan
memohon kepadaku untuk terakhir kalinya dan akupun menerimanya padahari jumat
tanggal 04 April 2014, aku merasa malu kepadanya diapun begitu kami mengobrol membicarakan
semua pengalaman hidup mulai dari yang menyedihkan sampai yang paling berkesan
meskipun hanya melalui telepon genggam. Aku menjalani semua dengan sabar, kami
hanya bisa bertemu jika libur semester dan ada waktu luang dia meluangkan
watunya untuk tetap menengokku dan akupun demikian meskipun hubungan jarak jauh
kami tidak berkecil hati karena bagiku dan baginya jarak bukanlah sebuah
halangan yang penting hati tetap menyatu, saling percaya, saling menjaga
kepercayaan, saling memberi motivasi, bersaing dengan sehat, dan selalu setia
untuk menunggu.
Ternyata bayanganku dan anggapanku
selama ini terhadap laki-laki itu berbeda, Imran memang berbeda daripada yang
lain, Imran yang pemalu tersimpan sikap romantis dan penuh perhatian kepadaku.
Jika libur kuluangkan waktuku untuk menemuinya kubawa Imran menemui keluargaku
dan mereka sudah akrab. Aku dan Imran
masih bersama.