Akhirat seolah-olah menjadi tujuan utama hidupnya, guyuran hujan, rasa kantuk, lelah, rasa sakit tak ada halangan sedikitpun. Hanya keriput yang tergambar diwajah tuanya. Lelaki paruh baya Muchlis Taba (63) yang berasal dari Jampue, insentif 300.000/bulannya bak obat lelah bagi Muadzin sederhana ini.
Sepak terjal angkuhnya roda kehidupan ini Muchlis lalui, tak hanya sebagai Muadzin di masjid Attaqwa Lama Jampue yang telah ia jalani kurang lebih 10 tahun lalu, sampingan kerja sebagai penjual kayu jadi pilihannya yang baru 2 tahun ini ia lakoni untuk menyambung hidup.
Gerobak tua hampir setiap saat di dorongnya berisi kayu bahan bangunan rumah, kira-kira panjangnya lebih 4 meter dan beratnya lebih berat tak terbayang jika 10 lembar yang harus diantarkan ke rumah pelanggan. Tetesan keringat bercucuran membasahi wajah dan seluruh badannya, nafas yang tersendat sendat keluar sambil menghela nafas panjang. Upah yang didapat tidak seberapa asal disyukuri itu sudah cukup. Seringkali aku ikut membantunya mengangkat kayu merasakan betapa beratnya benda itu harus di dorong tanpa memancarkan sedihku di depannya aku berusaha selalu menjadi penghibur dalam lelahnya.
Allahu Akbar Allahu Akbar......... Adzan yang merdu berkumandang di kawasan Jampue menandakan waktu sholat Fardhu sudah masuk, suara yang sudah parau berusaha dikumpulkan untuk mengeluarkan suara indah dari lantunan adzannya. Mengabdi tanpa batas ia jalani dengan ikhlas. Mengurusi mesjid mulai dari adzan, terkadang jadi imam, cleaning servis merupakan tugas utamanya ia lakoni berharap hanya pahala balasan dari Allah SWT sebagai pemerang di alam kuburnya kelak.
Disela kesibukannya mengurus mesjid, ia juga mengajar anak anak kecil mengaji di rumahnya yang notabenenya adalah cucu cucu jauh, itu juga dijalani dengan dengan pemberian ala kadarnya ia tetap menerima dengan ikhlas.
Lelaki paruh baya yang hampir setiap hari kutemui ini, sedang jatuh sakit, badannya gemetaran, suaranya serak dan sesekali mengeluh, andaikan ada yang bisa menggantikanku saat ini di mesjid aku mau istirahat sejenak saja mengembalikan kesehatanku atau aku ingin pergi jalan jalan sedikit keluar kota menikmati suara bising dari setiap sudut kota dan lampu jalan yang gemerlap gemerlip itu. Seperti itulah keluhan yang kadang-kadang berkomat kamit dimulutnya, tetapi ia terus berupaya dengan ikhlas menjalani semuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar